Menghadapi Ancaman Nyata Proxy War di Masyarakat dan Penerbangan Indonesia (Bagian 1)
Perang saat ini bentuknya tidak hanya dengan mengirimkan pasukan ke suatu negara untuk menguasai negara tersebut (invasi militer). Saat ini dikenal berbagai jenis perang, di antaranya cyber war, asimetris war, currency war, economic war, culture war, character war, hybrid war, dan yang terbaru proxy war. Inti dari perang ini adalah menguasai negara musuh.
1. Perang Mesir-Ottoman (1839-1841)
Para pihak :
Kerajaan Mesir (kombatan 1) didukung Kerajaan Perancis dan Kerajaan Spanyol.
Kerajaan Ottoman (kombatan 2) didukung Kerajaan Inggris, Austria, Rusia, dan Kerajaan Prusia.
2. Perang Sipil Cina (1944-1949)
Para pihak :
Partai Komunis dan Tentara Liberal Cina (kombatan 1) didukung Uni Soviet.
Partai Nasional (Kuomintang) dan Tentara Revolusi Nasional (kombatan 2) yang didukung AS.
Hasil :
3. Perang di Indonesia atas Timor Timur (1975-1999)
Para pihak :
Indonesia (kombatan 1) didukung Australia, AS, Inggris, Kanada dan Israel.
Timor Timur, FRETILIN dan UDT (kombatan 2) didukung Portugal, Libya, GAM, Rusia dan Cina.
4. Perang Sipil Libya di Lebanon (2012-...)
Para pihak :
Lebanon (kombatan 1) didukung Australia, Kanada, Rep. Ceko, Perancis, AS, Inggris, dsb.
Militan Pemerintah Syria (kombatan 2) didukung Syria, Iran, Rusia.
Hasil :
Indikasi proxy war telah masuk di Indonesia :
1. Gerakan separatis dan gerakan radikal kanan/kiri;
2. Demonstrasi massa anarkis;
3. Sistem regulasi dan perdagangan yang merugikan negara;
4. Meningkatnya peredaran narkoba;
5. Pemberitaan media yang provokatif;
6. Maraknya bentrok antar kelompok; dan
Proxy War adalah konfrontasi antar dua kekuatan besar, dengan menggunakan pemain pengganti, untuk menghindari konfrontasi langsung dengan alasan mengurangi resiko konflik langsung yang beresiko pada kehancuran fatal (Jend. Gatot Nurmantyo, Peran Pemuda dalam menghadapi Proxy Wars). Biasanya, pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang juga bisa non state actors yang dapat berupa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), ormas, kelompok masyarakat, atau perorangan. Dapat juga ditambahkan pelakunya jaringan teroris atau mungkin lone wolf.
Kelompok atau aktor tersebut menyerang lawan tanpa menyebabkan munculnya perang dalam skala besar. Hampir mustahil untuk bisa menghasilkan proxy war murni, karena sebagai kelompok yang berjuang untuk suatu bangsa tertentu, biasanya memiliki kepentingan mereka sendiri yang dapat menyimpang dari para patron mereka.
Berikut beberapa kejadian yang terkait proxy war dalam sejarah dunia :
1. Perang Mesir-Ottoman (1839-1841)
Para pihak :
Kerajaan Mesir (kombatan 1) didukung Kerajaan Perancis dan Kerajaan Spanyol.
Kerajaan Ottoman (kombatan 2) didukung Kerajaan Inggris, Austria, Rusia, dan Kerajaan Prusia.
Hasil :
Perjanjian Damai (Proxy War Pertama Era Sebelum Perang Dunia).
Para pihak :
Partai Komunis dan Tentara Liberal Cina (kombatan 1) didukung Uni Soviet.
Partai Nasional (Kuomintang) dan Tentara Revolusi Nasional (kombatan 2) yang didukung AS.
Hasil :
Kombatan 1 menang (Proxy War Pertama Era Perang Dingin).
Para pihak :
Indonesia (kombatan 1) didukung Australia, AS, Inggris, Kanada dan Israel.
Timor Timur, FRETILIN dan UDT (kombatan 2) didukung Portugal, Libya, GAM, Rusia dan Cina.
Hasil :
Kombatan 1 menang (Perang Proxy War Ketiga Era Modern). (sumber: wikipedia)
4. Perang Sipil Libya di Lebanon (2012-...)
Para pihak :
Lebanon (kombatan 1) didukung Australia, Kanada, Rep. Ceko, Perancis, AS, Inggris, dsb.
Militan Pemerintah Syria (kombatan 2) didukung Syria, Iran, Rusia.
Hasil :
Belum diketahui (karena masih berlangsung).
Proxy War diyakini telah masuk dan berlangsung di Indonesia dalam bermacam-macam bentuk, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dapat dilihat pada No. 3 Sejarah Proxy War di atas. Saat ini, jika diperhatikan dengan seksama, Indonesia sudah dalam keadaan darurat menghadapai perang non invasi pasukan militer. Sehingga saat ini sesungguhnya kondisi Indonesia sedang dalam darurat pertahanan.
1. Gerakan separatis dan gerakan radikal kanan/kiri;
2. Demonstrasi massa anarkis;
3. Sistem regulasi dan perdagangan yang merugikan negara;
4. Meningkatnya peredaran narkoba;
5. Pemberitaan media yang provokatif;
6. Maraknya bentrok antar kelompok; dan
7. Meningkatnya jumlah kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transexual).
Comments
Post a Comment
Silahkan tulis komentar disini